JAMBI - Dalam satu bulan terakhir, harga tandan buah segar (TBS) terus merangkak naik. Malah, kini sudah menyentuh level 1.811,38 untuk umur 10 tahun. Harga ini termasuk tertinggi selama tahun 2012 ini. Meski merupakan kabar baik, namun tidak semua petani bisa menikmatinya. Ini karena masa trek yang membuat produksi juga menurun. Kabid Pengolahan dan pemasaran Hasil Perkebunan Dinas Perkebunan Provinsi Jambi Putri Rainun mengatakan, ada kenaikan 56 poin untuk harga TBS minggu ini. “Harga terus naik. Karena memang permintaan tinggi, tapi produksi agak menurun. Sehingga harga jadi naik,” katanya, kemarin (15/3).
Karena itu, ada beberapa perusahaan yang mengakui adanya penurunan produksi. Ia mengaku, penurunan produksi ini hampir terjadi di semua kabupaten. Mengenai rincian harga yang ditetapkan, Putri menguraikan untuk periode 16 Maret sampai 22 Maret 2012, harga sawit untuk umur 10 tahun Rp 1.811.38. untuk umur sembilan tahun Rp 1.759,63. untuk umur delapan tahun, Rp.1.724,99. lalu, umur tujuh tahun, harga TBS Rp 1.690,11. Untuk umur enam tahun, Rp 1.648,38,42. Selanjutnya, umur lima tahun, Rp.1.581,59 umur empat tahun 1.511,13 dan umur tiga tahun Rp 1.426,45. Ini berdasarkan harga rata-rata CPO, Rp.8.282.82 dan harga rata-rata inti sawit Rp 4.407,50. Sementara indeks K yang dipakai adalah indeks K hasil analisa tim penetapan harga TBS pada 15 Maret, yakni 88,63 persen. Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Jambi Muhammad mengatakan, naiknya harga TBS merupakan kabar baik bagi petani. Dengan demikian pendapatan yang diterima bisa lebih tinggi. “Tapi masalahnya sekarang lagi trek. Produksi turun. Jadi jatuhnya seimbang juga. Kalau dulu harga rendah, produksi bagus. Sekarang harga bagus tapi buah lagi sedikit,” jelasnya saat dihubungi melalui telepon selulernya, kemarin (15/3). Ia mengatakan, untuk harga di lapangan tidak jauh berbeda dengan harga yang telah ditetapkan di pemerintah. Namun untuk petani swadaya yang tidak berafiliasi dengan perusahaan, maka umumnya harga sedikit di bawah harga yang telah ditetapkan. “Karena sebelum ke perusahaan ke pengumpul dulu. Seperti minggu lalu 1.755. Kalau di petani sekitar 1.690,” jelasnya. Makanya, ia berharap ada yang menfasilitas petani swadaya sehingga bisa menjual langsung ke perusahaan kelapa sawit dengan harga yang ditetapkan. “Inilah yang saat ini sedang kami perjuangkan kemungkinan kerja sama dengan perusahaan dengan petani swadaya,” jelasnya. Sementara itu, Sekretaris Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Provinsi Jambi Nasrul Hadi mengakui adanya kenaikan harga. Kenaikan ini berdasarkan hukum mekanisme pasar. “Saat permintaan naik, sementara produksi sedang turun, harga jadi naik,” katanya. Saat ditanya prediksi harga seterusnya, Nasrul mengatakan, harga sawit tidak bisa diprediksi. Apakah kenaikan ini akan terus berlangsung atau tidak. “Tergantung dari permintaan lah. Kalau minggu depan belum tahu,” pungkasnya. Sementara itu, data dari BPS, ada penurunan ekspor untuk minyak nabati sebesar 29,93 persen. Dimana bulan Desember 2011 sebesar 16,9 juta US$ menjadi 11,85 juta US$ pada Bulan Januari 2012. Penurunan hampir terjadi di semua kelompok komoditi kecuali batu bara dan kertas. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar