Rapat konsolidasi yang diikuti ratusan bekas kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) hari ini kembali mewacanakan untuk membentuk sebuah partai lokal baru. Lalu, apa alasan mereka berkeinginan untuk mendirikan partai baru?
Irwandi Yusuf, bekas gubernur Aceh, merupakan salah seorang yang berada di belakang pembentukan partai politik baru. Ada juga nama Muharram Idris (bekas panglima wilayah Aceh Rayeuk), Amni bin Ahmad Marzuki (bekas juru runding GAM di masa Joint Security Council), Ligadinsyah (GAM Linge), dan Sofyan Dawood (bekas juru bicara militer GAM).
Irwandi menyebutkan, pembentukan partai lokal baru dimaksudkan sebagai wadah baru bagi bekas panglima wilayah yang sebelumnya menjadi petinggi di tubuh Partai Aceh yang didirikan bekas pentolan Gerakan Aceh Merdeka, dan Komite Peralihan Aceh.
“Mereka sudah dipecat oleh partai dan KPA. Mayoritas mereka dipecat,” kata Irwandi Yusuf saat ditemui di sela-sela rapat konsolidasi eks Tentara Neugara Aceh, sayap militer GAM, di Hotel Hermes Palace, Banda Aceh, Kamis (16/2).
Irwandi menyebutkan, mereka dipecat karena menolak mendukung pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang ditentukan petinggi GAM. Saat itu, petinggi GAM mengusung Zaini Abdullah dan Muzakir Manaf yang akan dimajukan sebagai calon kepala daerah dari Partai Aceh.
Menurut Irwandi, bekas panglima wilayah dan pengikutnya kemudian tidak lagi mempunyai wadah untuk menyalurkan aspirasi politik. “Hana meuho dong, makanya kita bicarakan sebuah wadah,” kata dia.
Untuk menjamin demokrasi di Aceh berlangsung dengan baik, sebut Irwandi, partai lokal di Aceh tak bisa hanya tunggal. “Tidak cukup satu partai lokal, dibutuhkan dua atau tiga partai lokal agar terbangun komunikasi demokrasi yang baik,” ujar bekas juru propaganda GAM ini. “Kalau satu saja yang mendominasi, tidak jalan demokrasi di Aceh.”
Irwandi bercita-cita agar partai politik baru ini nantinya tak hanya dimiliki oleh bekas kombatan dan GAM saja. “Kita ingin partai ini inklusif, bukan hanya untuk bekas kombatan,” sebut Irwandi.
Keinginan mendirikan partai lokal baru juga disuarakan Muharram dan Sofyan Dawood. Muharram malah bilang mereka tengah menyusun dan mematangkan statuta serta anggaran dasar dan anggaran rumah tangga partai lokal yang tengah diinisiasi.
Muharram dulunya berada di pucuk pimpinan Komite Peralihan (KPA) dan Partai Aceh wilayah Aceh Besar. Ia berada di barisan bekas panglima yang diberhentikan oleh petinggi KPA/GAM.
“Ibarat orang yang sudah bercerai, ia akan mencari pendamping baru,” ujar Muharram bertamsil.
sumber:
http://www.irwandi.info
Tidak ada komentar:
Posting Komentar