Semasa gerilya, Rocky menjadi kombatan kesayangan Ishak Daud. Sosok yang taat perintah Muzakir Manaf, kini menjadi Bupati Aceh Timur.
___________________________________
BANGUNAN tua itu hanya satu lantai. Luasnya cuma dua kali lapangan badminton. Tempat parkir tak begitu tertata, beralas tanah yang jika hujan akan berlumpur. Di sisi kiri gerbang pagar yang tak berpintu, ada satu pos jaga.
Terletak di jantung Kota Idi, rasanya tak pas disebut kantor bupati. “Ya ini dulunya kantor camat,” kata Hasballah M. Thaib, Bupati Aceh Timur, yang pelantikannya masih seumur jagung, pekan lalu.
Lantas di mana nantinya kantor bupati? Hasballah yang akrab disapa Rocky menunjuk ke arah kanan kantor. Di atas perbukitan di seberang jalan utama ada beberapa gedung yang belum jadi. Beberapa di antaranya juga masih berupa pondasi.
Untuk menuju ke situ pun harus memakai kendaraan agar dapat melaju di jalan yang masih berupa tanah dan berbukit-bukit. Lokasi perkantoran ini sudah mulai dibangun sejak Bupati Muslim. Namun, pembangunan pusat pemerintahan Aceh Timur ini terbengkalai bertahun-tahun.
Tentu saja pekerjaan itu menjadi salah satu kewajiban Rocky untuk menyelesaikannya. “Di samping soal manajemen kantor yang juga perlu banyak pembenahan,” kata Rocky.
Selain itu, dia juga bertekad membangun perekenomian masyarakat Aceh Timur. “Di sini cocok untuk pertanian, perkebunan, dan nelayan,” katanya. Untuk pertanian yang modern, selain sudah menjalin hubungan dengan Kementerian Pertanian, Rocky juga bakal mendapat bantuan dari sahabatnya seorang pengusaha dari Korea Selatan.
Begitu juga dengan perkebunan dan nelayan. Dia sudah mengontak departemen terkait untuk membantu rakyat Aceh Timur. Selain itu, Rocky akan memfokuskan pada pendidikan dan kesehatan masyarakat.
Sebetulnya, Aceh Timur juga kaya akan hasil tambang. Di sini sudah ada Medco Energy. “Saya sangat mendukung kedatangan perusahaan-perusahaan raksasa ke sini. Dan akan membuka tangan selebar-lebarnya. Bagi saya yang paling utama adalah bagaimana caranya perekonomian masyarakat Aceh Timur bisa bangkit,” katanya.
****
BERKULIT coklat, Rocky berusia 38 tahun. Dia termasuk salah satu bupati termuda di Aceh. Pada dirinya sudah tertanam jiwa entrepreneur yang kuat. Sejak kecil, dia sudah suka berdagang. Dunia bisnis memang cocok dengan karakternya yang ramah dan berbicara santun.
Bahkan untuk biaya sekolah, dia menjual daun pisang, dan membantu ayahnya, Haji M. Thaib, di kebun. Sejak sekolah tingkat pertama, dia sudah beternak lembu dan kerbau. “Saya memandikan sendiri lembu-lembu yang saya miliki ketika itu,” katanya. “Jika ternak sehat, hasilnya juga bagus.”
Namun, jiwa pedagangnya beralih menjadi kombatan usai sekolah MTsN (setara dengan SMP). “Waktu itu saya menjadi simpatisan saja,” katanya. Walau masih belia, dia sudah dipercaya menjadi pengawal Nek Tu, salah seorang pemimpin GAM di Wilayah Peureulak sejak 1990.
Selain itu, dia juga bertugas mengantar makanan untuk kombatan di persembunyian. Belakangan dia ikut terlibat perampasan senjata di Buloh Blang Ara, Lhokseumawe. Aparat kemudian mencium keterlibatan Rocky dalam GAM. Selama pelarian, Rocky masuk pesantren dan mendalami ilmu agama selama 6 tahun.
Pada 1997 dia mulai lagi kembali ke bakat bisnisnya. Dia bisa bekerja sama dengan sebuah perkebunan dan mampu membeli truk. Setahun kemudian Rocky sudah ke Batam. Di sini dia kembali bersentuhan dengan tokoh Gerakan Aceh Merdeka, Ahmad Kandang. “Setiap hari diboncengi Ahmad Kandang, di pinggang kami terselip pistol satu seorang,” katanya.
Setahun di Batam dia kembali ke Idi. “Saya ditangkap militer GAM. Dituduh mafia besar di Pulau Batam,” katanya. Dia pun berada dalam sandera selama tiga hari tiga malam. Rocky ditangkap oleh tentara GAM yang dipimpin Nek Tu. “Saat itu, Nek Tu nggak kenal sama saya lagi. Sebab, ketika mengawal Nek Tu, saya masih kecil. Saat ditangkap, saya sudah beranjak dewasa.”
Di masa penahanan itulah dia bertemu dengan sepupunya, Adnan, seorang pelatih tentara GAM di Libya. “Kenapa di sini,” tanya Adnan. “Mana saya tahu, kan yang menangkap saya adalah orang-orang Abang juga,” jawab Rocky. “Apa masalahnya?” tanya Adnan. “Saya nggak tahu,” jawab Rocky.
Adnan kemudian mempertanyakan penangkapan adiknya itu ke Nek Tu. Adnan pun menjelaskan siapa Rocky sebenarnya. Tentu, Nek Tu terkejut. Dia langsung menjumpai Rocky dan membawa bersamanya.
“Saya hanya mau sementara sama Nek Tu, dan saya tidur dalam kamp Nek Tu,” katanya. Belakangan malah Rocky mencuri tiga pucuk senjata di tempat Nek Tu. Bersama dua temannya, dia ikut dalam sebuah pertempuran melawan TNI yang bertugas di Aceh Timur. Rupanya, Nek Tu senang dengan aksi Rocky.
Akhir 1998, Rocky dibawa Yahya Muadz, salah seorang tokoh GAM yang kini adalah Sekretaris Jenderal Partai Aceh, untuk belajar sejarah Aceh. “Beliau mengajarkan tentang sejarah Aceh sebelum hingga masa Wali Nanggroe Hasan Tiro,” katanya. Rocky menyebarkan ilmu yang diperolehnya dari Yahya Muadz di Aceh Timur.
Lima bulan berselang, Rocky dipercaya Panglima Sagoe Idi pada 1999. Dia dibekali tiga pucuk senjata. “Dua laras panjang, satu pistol. Pistol saya yang pegang,” katanya. Bermodalkan tiga pucuk senjata, dia mampu mengumpulkan 40 pucuk senjata.
Selama menjadi panglima sagoe, Rocky sempat menduduki Idi selama 16 jam pada 2000. Setahun kemudian, Rocky menjadi staf keuangan wilayah Peureulak. Dia merangkap sebagai Panglima Sagoe Idi. Sempat diganti.
Kemudian, dia menjadi Wakil Komandan Operasi Peureulak merangkap staf keuangan. Dalam menjabat komandan operasi, dia sempat ditarik lagi untuk merangkap sebagai Panglima Sagoe Idi. “Saya sampai tujuh kali menjadi pejabat sementara di Idi,” katanya.
Rocky adalah tipikal kombatan yang sangat taat kepada atasannya. Itu sebabnya dia menjadi salah satu anak buah kesayangan Ishak Daud, Panglima Wilayah Peureulak. Bersama Ishak, dia sering mencari obat-obatan di kota, membawa ke kampung-kampung, dan mengobati orang-orang kampung.
“Ketika singgah di rumah orang miskin yang rumahnya reot, kami memperbaikinya bersama-sama. Kami yang mencari kayu, bambu, sampai ke atap,” katanya. “Tiga hari selesai kami buat rumah, itu seperti bedah rumah,” katanya.
Salah satu orang tua itu adalah Po Mi, seorang janda tua yang miskin yang tinggal di Desa Lhok Dalam. “Dia orangnya baik sekali. Kami gerilyawan selalu ditampung di rumah janda itu,” katanya.
Sehari sebelum meninggal, Ishak sempat bicara dengan Rocky. “Tolong jaga Idi baik-baik. Saya mau meninggalkan tempat ini bersama isteri saya. Tolong juga lihat-lihat keluarga saya,” pesan Ishak pada Rocky.
Rocky juga sangat dekat dengan Mualem, sapaan akrab Wakil Gubernur Muzakir Manaf yang juga mantan Panglima GAM. “Saya sangat mematuhi perintah Mualem. Sering menasihati saya,” katanya. “Kalau ada yang bilang saya berselisih paham dengan Mualem, itu yang bicara adalah orang gila.”
****
SETELAH perdamaian, Rocky kembali ke dunia bisnis. Selain masuk ke dunia konstruksi, Rocky juga adalah pemasok pupuk ke Aceh Timur, dan juga memiliki sejumlah boat nelayan. Kendati demikian, dia tetap di Komite Peralihan Aceh.
Sebagai pengusaha, Rocky mengikuti pesan Mualem. “Dalam mencari rezeki jangan melanggar hukum. Masih banyak jalan di jalur yang benar. Begitu kata Mualem,” kata Rocky.
Mualem meminta Rocky untuk tetap tinggal di Idi, Aceh Timur. “Walau saya sudah membeli rumah di Medan (Sumatera Utara), saya tetap bermukim di Idi,” katanya. “Mualem bilang jangan tinggal di luar daerah. Perhatikan nasib saudara-saudaramu di Aceh Timur.” Kata Rocky,
Belakangan, sebagai Ketua Umum Partai Aceh, Mualem, meminta Rocky untuk menjadi calon dari partai. “Sebenarnya, saya hanya ingin membantu Mualem dalam tim suksesnya saja,” katanya. Sebab Mualem sudah memerintahnya, Rocky tak membantah. “Mualem sudah seperti orang tua saya,” katanya.
Kendati demikian, Rocky meminta jajaran Partai Aceh Wilayah Aceh Timur untuk menyelenggarakan konvensi. Ternyata, Rocky memenangkan konvensi secara demokratis.
Bahkan, dia juga terpilih dengan suara terbanyak dalam pemilihan bupati di Aceh Timur. Mualem sendiri percaya Rocky akan berupaya membangkitkan Aceh Timur. “Dia orang yang baik dan pekerja keras,” kata Mualem.
Bahkan, julukan Rocky itu pun muncul karena tipikalnya yang pekerja keras dan pantang menyerah. “Double gardan, seperti Rocky yang dibintangi Silvester Stallone (Film “Rocky”). Tapi gagah juga julukan itu ya,” kata Rocky bergurau.
Setelah terpilih menjadi bupati, dia menargetkan penyelesaian pembangunan pusat pemerintahan. “Saya ingin menjadikan Aceh Timur mampu bersaing dengan kabupaten lain di Aceh,” katanya.
“Saya ingin Aceh Timur mencontoh salah satu kabupaten di Korea Selatan.” Pertengahan September lalu, pengusaha Korea Selatan itu pun telah berkunjung ke Aceh Timur untuk membahas keinginan Rocky.[]
http://atjehpost.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar