BADANNYA mungil. Usianya 33 tahun. Senin, 9 April 2012, ia datang ke lokasi pemungutan suara di terminal Panton Labu, Aceh Utara. Senyumnya terkembang. Di sampingnya, duduk seorang lelaki berperawakan tinggi besar bernama Muzakir Manaf.
Salmawati, perempuan itu, ikut mencoblos bersama Muzakir Manaf di TPS terminal Panton Labu. Wanita asal Desa Lampoh U, Kecamatan Tanah Jambo Aye, Aceh Utara itu adalah istrinya Muzakir yang biasa disapa Mualem.
Disunting Mualem beberapa tahun lalu, wanita berkulit putih lulusan itu sehari-hari bekerja sebagai karyawan di PLN Cabang Lhokseumawe.
Ditemui The Atjeh Post kala beristirahat di kampung halaman Mualem di Desa Mane Kawan, Kecamatan Seunuddon, Aceh Utara, Salma terlihat ramah. Tutur katanya halus dan terdengar santun. Senyum tak henti mengembang dari bibirnya.
“Saya dan Mualem masih ada hubungan keluarga. Beliau sosok yang amat sangat saya kagumi. Selain selalu bersikap adil dan tegas, Mualem juga sangat humoris,” ujar Salmawati yang kerap disapa ‘Bunda’ itu.
Ditanya tentang kesiapannya dalam mendampingi Mualem, jika nantinya berhasil menduduki kursi orang kedua di Aceh, Salma menjawab,“Saya sangat siap untuk mendampingi beliau. Di saat duka saja saya bersedia, apalagi di saat suka,” ujarnya tertawa kecil.
“Jika nantinya Mualem dipercayakan untuk memimpin Aceh, saya ingin menjadikan wanita Aceh sebagai pribadi yang cerdas, mandiri, kreatif, berani tampil dan tentunya muslimah dan tetap berpegang pada ajaran Islam. Mengingat Aceh merupakan negeri syariat Islam,” kata Salma.
“Keinginan itu muncul setelah mendengar banyaknya anggapan/pandangan dari masyarakat tertentu, yang mengatakan bahwa wanita dari KPA/PA tidak berwawasan dan hanya bisa bergaya.”
Salma menambahkan, sejak empat tahun lalu ia menjadi Pembina di Lembaga Srikandi Lhokseumawe yang berpusat di Islamic Center. Bahkan kini telah berkembang ke Takengon, Kutacane, dan Blang Keujeren.
“Untuk Lembaga Srikandi di daerah lain, kita sengaja kembangkan di masing-masing daerah. Saya hanya bertugas mengawasi dan membina jika memang ada hal yang dibutuhkan,” ujarnya.
Intinya, kata Salma, ia ingin menjadikan wanita Aceh seperti pada masa terdahulu.
“Emansipasi wanita itu selalu ada. Satu lagi, untuk menjadi anggota dalam Srikandi, tidaklah harus dari Inoeng Balee. Siapa pun boleh bergabung, dari kalangan mana juga tidak terbatas,” ujarnya.
Salmawati, perempuan itu, ikut mencoblos bersama Muzakir Manaf di TPS terminal Panton Labu. Wanita asal Desa Lampoh U, Kecamatan Tanah Jambo Aye, Aceh Utara itu adalah istrinya Muzakir yang biasa disapa Mualem.
Disunting Mualem beberapa tahun lalu, wanita berkulit putih lulusan itu sehari-hari bekerja sebagai karyawan di PLN Cabang Lhokseumawe.
Ditemui The Atjeh Post kala beristirahat di kampung halaman Mualem di Desa Mane Kawan, Kecamatan Seunuddon, Aceh Utara, Salma terlihat ramah. Tutur katanya halus dan terdengar santun. Senyum tak henti mengembang dari bibirnya.
“Saya dan Mualem masih ada hubungan keluarga. Beliau sosok yang amat sangat saya kagumi. Selain selalu bersikap adil dan tegas, Mualem juga sangat humoris,” ujar Salmawati yang kerap disapa ‘Bunda’ itu.
Ditanya tentang kesiapannya dalam mendampingi Mualem, jika nantinya berhasil menduduki kursi orang kedua di Aceh, Salma menjawab,“Saya sangat siap untuk mendampingi beliau. Di saat duka saja saya bersedia, apalagi di saat suka,” ujarnya tertawa kecil.
“Jika nantinya Mualem dipercayakan untuk memimpin Aceh, saya ingin menjadikan wanita Aceh sebagai pribadi yang cerdas, mandiri, kreatif, berani tampil dan tentunya muslimah dan tetap berpegang pada ajaran Islam. Mengingat Aceh merupakan negeri syariat Islam,” kata Salma.
“Keinginan itu muncul setelah mendengar banyaknya anggapan/pandangan dari masyarakat tertentu, yang mengatakan bahwa wanita dari KPA/PA tidak berwawasan dan hanya bisa bergaya.”
Salma menambahkan, sejak empat tahun lalu ia menjadi Pembina di Lembaga Srikandi Lhokseumawe yang berpusat di Islamic Center. Bahkan kini telah berkembang ke Takengon, Kutacane, dan Blang Keujeren.
“Untuk Lembaga Srikandi di daerah lain, kita sengaja kembangkan di masing-masing daerah. Saya hanya bertugas mengawasi dan membina jika memang ada hal yang dibutuhkan,” ujarnya.
Intinya, kata Salma, ia ingin menjadikan wanita Aceh seperti pada masa terdahulu.
“Emansipasi wanita itu selalu ada. Satu lagi, untuk menjadi anggota dalam Srikandi, tidaklah harus dari Inoeng Balee. Siapa pun boleh bergabung, dari kalangan mana juga tidak terbatas,” ujarnya.
http://atjehpost.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar